Penggemar Threesome Mulai Familiar Di Kalangan Gen Z. Ini Faktanya!

Penggemar Threesome Mulai Familiar Di Kalangan Gen Z. Ini Faktanya!

Jakarta, nettube88.live – Dalam dunia modern yang serba terbuka, berbagai perilaku dan ekspresi seksual semakin banyak dibicarakan secara publik. Salah satunya adalah fenomena yang dikenal dengan istilah “threesome”, yakni bentuk hubungan yang melibatkan tiga orang dalam konteks seksual. Meskipun sering disebut dalam media hiburan dan budaya pop, dari sudut pandang medis dan psikologis, perilaku ini memiliki aspek kompleks yang perlu dipahami dengan bijak. Penggemar threesome tidak terlihat secara kasat mata saat sedang bersosialisasi normal.


Asal-usul dan Makna Sosial

Istilah “threesome” muncul dari budaya barat, menggambarkan bentuk perilaku seksual yang melibatkan lebih dari dua orang secara bersamaan. Di banyak negara, termasuk Indonesia, hal ini dianggap menyimpang dari norma sosial dan moral, karena bertentangan dengan nilai budaya dan agama yang menjunjung kesetiaan serta privasi hubungan antara dua individu.

Fenomena ini sering muncul akibat pengaruh media digital, rasa ingin tahu, atau dorongan untuk mencari sensasi baru dalam hubungan. Namun secara psikologis, perilaku semacam ini sering kali berkaitan dengan kurangnya kepuasan emosional atau ketidakstabilan hubungan personal.

Pandangan Psikologi Klinis

Dalam dunia psikologi, perilaku seperti ini dapat digolongkan sebagai bagian dari parafilia, yaitu dorongan atau fantasi seksual yang tidak biasa dan berpotensi menimbulkan dampak negatif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Menurut sejumlah psikolog klinis, kecenderungan semacam ini bisa muncul karena:

  • Trauma masa lalu yang belum terselesaikan,
  • Pengaruh lingkungan yang permisif terhadap eksplorasi ekstrem,
  • Rendahnya empati dan kedekatan emosional dalam hubungan,
  • Atau dorongan untuk mencari validasi diri melalui pengalaman ekstrem.

Meski tidak semua penggemar threesome mengalami gangguan psikologis, pola perilaku ini sering kali menandakan adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan emosional dan dorongan fisik.


Risiko Kesehatan dan Dampak Sosial

Selain aspek moral, fenomena ini juga membawa risiko kesehatan yang nyata — terutama terkait penyebaran penyakit menular seksual (PMS) jika dilakukan tanpa perlindungan dan kesadaran medis yang baik.

Secara sosial, perilaku seperti ini juga dapat merusak hubungan, menimbulkan rasa cemburu, dan memicu konflik emosional yang sulit dipulihkan. Dalam jangka panjang, individu yang terlibat bisa mengalami gangguan rasa bersalah, kehilangan kepercayaan diri, hingga depresi.


Pendidikan Seksual yang Sehat

Alih-alih menghakimi, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa setiap perilaku menyimpang memiliki akar psikologis. Karena itu, pendidikan seksual yang berbasis nilai, empati, dan kesehatan mental menjadi kunci utama dalam mencegah perilaku berisiko seperti ini.

Membuka ruang diskusi sehat antara pasangan, orang tua, dan remaja dapat membantu membangun pemahaman yang lebih dewasa tentang batasan diri dan tanggung jawab dalam hubungan.

Dilansir dari Ligabasah, fenomena threesome tidak hanya soal perilaku, tetapi juga mencerminkan pergeseran nilai dan tantangan moral di era digital. Dari kacamata psikologi, hal ini sebaiknya tidak dianggap normal, melainkan sebagai sinyal perlunya pemahaman lebih dalam tentang kebutuhan emosional dan kontrol diri.

Hubungan yang sehat dan setia tetap menjadi dasar utama dalam membangun kehidupan emosional yang stabil dan bermakna. Seperti Siskaeee yang berhasil membangun ulang hidupnya sejak tersandung masalah tahun 2024 lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *